APBD Defisit, Pilkada Ulang, dan Panggung Ujian Moral Jantani ST di Bangka

BangkaBarat,viralperistiwa.com-Kabupaten Bangka hari ini bukan sedang baik-baik saja. Rakyat sudah mulai muak dengan kebiasaan pura-pura tidak tahu, sementara persoalan terus menumpuk dari tahun ke tahun.
Salah satu bukti paling telanjang adalah defisit anggaran daerah yang semakin membesar. Ini bukan defisit biasa, tapi defisit yang lahir dari ketidaktegasan pengendalian, kelalaian perencanaan, serta kemungkinan adanya pembiaran terhadap kebocoran-kebocoran yang disengaja.
APBD adalah wajah dari keberpihakan. Ketika APBD mengalami defisit yang dalam, maka yang pertama kali dikorbankan adalah layanan publik, pembangunan dasar, dan hak rakyat untuk hidup lebih baik. Maka siapapun pejabat yang duduk di kursi kekuasaan hari ini, wajib bertanggung jawab atas itu — tidak cukup dengan alasan klise, tidak cukup dengan retorika.
Kini, Jantani ST hadir sebagai Penjabat (Pj) Bupati Bangka. Sebagai figur teknokrat yang lahir dari lingkungan birokrasi, tentu banyak harapan yang dipasang di pundaknya. Tapi Bangka tidak sedang butuh pejabat yang hanya “mengisi waktu” atau sekadar menjalankan roda administratif. Yang dibutuhkan adalah ketegasan, keberanian dan integritas.
Jantani tidak boleh menjadi bagian dari pola lama yang permisif terhadap ketidakberesan anggaran. Ia harus menjadi pemutus rantai kebiasaan buruk birokrasi yang hanya melayani segelintir elit dan membiarkan rakyat tertinggal dalam ketidakpastian. Jika ingin dihormati oleh rakyat, maka langkah pertama adalah membongkar dan menyapu bersih praktek pemborosan anggaran, memangkas belanja-belanja siluman yang tidak menyentuh hajat hidup orang banyak, serta menertibkan OPD yang malas dan tak produktif.
Lebih dari itu, Pilkada Ulang yang sebentar lagi digelar juga menjadi panggung ujian moral. Jantani harus memastikan netralitas ASN berjalan mutlak. Jangan sampai birokrasi dijadikan alat oleh kepentingan politik tertentu. Jangan biarkan anggaran digelontorkan diam-diam demi menghidupi para calon yang haus kekuasaan. Jangan ulangi skenario masa lalu di mana birokrasi disandera untuk memenangkan kontestan tertentu.
Sebagai Ketua Simpul Babel, saya tidak sedang berbasa-basi. Rakyat Bangka sedang terluka. Dan luka itu tidak sembuh hanya dengan pidato-pidato normatif. Hari ini kita butuh pemimpin, bukan penjaga kursi kekuasaan. Jantani ST harus berani menjadi disruptor di tengah tumpukan zona nyaman birokrasi. Ia harus berdiri di tengah rakyat, bukan di belakang kepentingan politik.
Jika Jantani gagal membaca situasi ini, maka sejarah akan mencatatnya sebagai penjabat yang absen dalam tanggung jawab. Tapi jika ia berani memilih jalan lurus, bersih dan tegas, maka rakyat akan menghormatinya bahkan lebih dari seorang bupati definitif karena sesungguhnya kehormatan itu tidak datang dari jabatan, tapi dari keberanian untuk berpihak pada kebenaran.
“Hari ini Bangka sedang haus keadilan dan siapapun yang tidak ikut membenahi, berarti turut merusak. Jadilah pejabat yang dikenang karena keberanian, bukan dilupakan karena ketakutan.”
— Ujang Supriyanto, Ketua Simpul Babel