Juni 13, 2025

Teori Administrasi Publik Tak Lagi di Buku Saja

0
IMG-20250611-WA0060

BangkaSelatan,Viralperistiwa.com-Oleh: Fabel Akbar Riyanto,Mahasiswa Pascasarjana Institut Pahlawan 12.Siapa bilang teori hanya hidup di kampus? Di Sekretariat Daerah Kabupaten Bangka Selatan, saya melihat sendiri bagaimana teori-teori administrasi publik yang dulu kami pelajari di ruang kuliah, ternyata sudah lama hidup—diam-diam bekerja dalam sistem.

 

Saya bukan dosen, bukan pula peneliti besar. Hanya mahasiswa pascasarjana yang kebetulan sedang fokus mengkaji soal perencanaan dan penganggaran daerah. Tapi pengalaman beberapa bulan terakhir membuat saya semakin yakin: teori administrasi publik bukan hanya wacana. Ia nyata.

Birokrasi Itu Sistematis, Bukan Ribet

 

Teori Max Weber soal birokrasi sering dikritik karena katanya kaku. Tapi dalam praktik, pendekatan sistematis seperti inilah yang membuat pemerintah daerah bisa berjalan rapi.

 

Contohnya saat menyusun program kerja tahunan. Semuanya mesti masuk lewat aplikasi SIPD—dari perencanaan awal, pagu indikatif, sampai RKA final. Gak bisa asal ketik, apalagi “titip program”. Semua harus runtut, masuk melalui tahapan yang jelas, diverifikasi dan disetujui berdasarkan aturan. Inilah birokrasi rasional versi Weber dalam bentuk digital.

 

Kalau tak begitu? Bisa kacau. Program tumpang tindih. Anggaran bocor. Target pembangunan meleset.

Anggaran Zaman Sekarang Harus Punya Hasil Nyata

 

Sekarang sudah tidak cukup program “jalan terus” asal dana ada. Harus jelas: manfaatnya apa, sasarannya siapa, dampaknya ke masyarakat bagaimana. Ini sejalan dengan pendekatan New Public Management (NPM).

 

Misalnya, saat bagian keuangan mengkaji pengajuan dari OPD. Mereka tidak hanya tanya “berapa dananya?”, tapi juga “apa targetnya?”. Ada indikator output dan outcome. Pendekatannya sudah mulai seperti manajemen swasta: efisiensi, hasil nyata, dan tanggung jawab anggaran.

 

Memang belum semua OPD terbiasa, tapi proses ini sedang berjalan. Terutama saat evaluasi triwulan dan perubahan APBD.

Musrenbang, Bentuk Nyata Warga Dilibatkan

 

Forum Musrenbang bukan sekadar formalitas. Di sana, masyarakat bisa menyampaikan kebutuhan langsung. Usulan dari bawah dijaring, disinkronkan, dan difilter lewat prioritas dan kemampuan fiskal. Ini mendekati konsep New Public Service, bahwa warga bukan cuma penerima bantuan, tapi mitra pembangunan.

 

Memang belum sempurna. Beberapa usulan masih mentok karena terbatas anggaran atau belum selaras dengan visi RPJMD. Tapi paling tidak, ada mekanisme aspirasi yang bekerja.

Kerja Sama dan Lingkungan Kerja Itu Penting

 

Dalam buku-buku teori lama, ada tokoh Elton Mayo yang bicara soal pentingnya lingkungan kerja yang sehat dan hubungan sosial di kantor. Ini pun saya lihat di Bangka Selatan. Saat penyusunan APBD, pegawai sering lembur. Tapi pimpinan membuka ruang komunikasi: diskusi informal, saling bantu lintas bagian, dan suasana kerja yang saling menghargai.

 

Hal kecil seperti itu membuat beban kerja jadi lebih ringan dan produktivitas lebih tinggi. Inilah yang disebut teori “hubungan manusiawi” dalam administrasi publik.

Kesimpulan: Teori Itu Sudah Jalan, Cuma Tak Disebut

 

Kadang kita merasa teori itu tinggi dan jauh. Tapi sebenarnya, ia sudah hidup di sekitar kita. Di rapat perencanaan, di input SIPD, di evaluasi kinerja, bahkan di musyawarah dusun.

 

Tinggal bagaimana kita sebagai generasi baru bisa menghubungkan itu semua. Bukan untuk menggurui birokrat senior, tapi untuk memahami bahwa kerja pemerintahan itu juga punya dasar ilmiah. Dan jika dijalankan dengan baik, teori dan praktik bisa saling menguatkan.

📝 Catatan Penulis: Tulisan ini merupakan pandangan pribadi sebagai bagian dari tugas studi dan tidak mewakili pandangan resmi lembaga manapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *