Desember 19, 2025

Di Antara Gawai dan Garis Tanah: Revitalisasi Permainan Kacep sebagai Penjaga Identitas Lokal

0
IMG-20251219-WA0056

Feature, viralperistiwa.com – Di tengah gempuran hegemoni digital yang kian mendisrupsi tatanan sosiokultural generasi muda, secercah asa untuk menghidupkan kembali khazanah tradisi lokal mulai berpendar di Bumi Serumpun Sebalai.

Permainan tradisional Kacep (sering pula diidentifikasi sebagai Bilun atau Galah Asin versi lokal), kini kembali diupayakan untuk menempati ruang-ruang publik sebagai instrumen penguatan karakter dan identitas kolektif masyarakat Bangka, Jumat (19/12/2025).

Secara ontologis, Permainan Kacep atau Bilun bukan sekadar aktivitas rekreasional yang mengandalkan ketangkasan motorik. Lebih dari itu, permainan ini merupakan pengejawantahan dari dialektika strategi, kolektivitas, dan integritas. Dalam setiap garis yang ditorehkan di atas tanah, terkandung batasan etis yang mengajarkan individu tentang kedisiplinan dan penghormatan terhadap aturan main (fair play).

“Kecep adalah metafora dari perjuangan hidup. Ada garis yang harus dijaga dengan dedikasi, dan ada rintangan yang harus ditembus dengan kecerdikan serta kerja sama tim yang solid,” ungkap salah satu penggiat budaya di Pangkalpinang.

Menurutnya, revitalisasi permainan ini menjadi krusial sebagai antitesis terhadap sifat individualistik yang kerap ditimbulkan oleh gawai elektronik.

Gerakan restorasi ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari institusi pendidikan hingga komunitas akar rumput.

Transformasi nilai-nilai dalam Bilun—seperti kepemimpinan (leadership) dan ketangguhan (resilience)—diintegrasikan kembali ke dalam kurikulum muatan lokal guna membentuk pondasi moralitas siswa yang berakar pada kearifan lokal (local wisdom).

Permainan kacep juga mencerminkan kohesi sosial masyarakat Bangka yang inklusif. Tanpa memandang strata, setiap pemain berinteraksi dalam sebuah harmoni sosiologis yang cair.

Di sinilah letak urgensi pelestarian Bilun; sebagai perekat sosial yang mampu meminimalisir polarisasi di era kontemporer.

Melalui langkah-langkah strategis ini, diharapkan permainan Kecep dan Bilun tidak hanya menjadi artefak memori bagi generasi terdahulu, melainkan tetap eksis sebagai warisan budaya takbenda yang dinamis.

Pemerintah daerah terus didorong untuk memfasilitasi festival budaya secara periodik guna memastikan estafet tradisi ini tetap terjaga demi keberlangsungan jati diri bangsa.

Penulis: Nur Hafifah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page